23 Maret 2011

TIPE-TIPE LARVA DALAM GAMBAR



Copyright © Yos F. da Lopez 2011 - Politeknik Pertanian Negeri Kupang
 

A. Campodeiform; B. Scarabeiform; C. Elateriform
Copyright © Yos F. da Lopez 2011 - Politeknik Pertanian Negeri Kupang


Copyright © Yos F. da Lopez 2011 - Politeknik Pertanian Negeri Kupang


Copyright © Yos F. da Lopez 2011 - Politeknik Pertanian Negeri Kupang


Copyright © Yos F. da Lopez 2011 - Politeknik Pertanian Negeri Kupang




Author:
Yos F. da Lopes. Copyright©2011. Jurusan MPLK – Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jalan Adisucipto Penfui P.O. Box 1152 Kupang 85001 Email: brench_copa76@yahoo.com


SISTEM REPRODUKSI PADA SERANGGA

REPRODUCTIVE SYSTEM IN INSECTS


Walaupun beragam tampilannya, organ reproduksi serangga memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan organ reproduksi pada vertebrata: testis pada jantan menghasilkan sperma dan ovarium pada betina menghasilkan telur. Kedua jenis gamet  ini haploid dan uniseluler, tetapi telur biasanya memiliki volume yang  jauh lebih besar daripada sperma (Meyer, 2009).
Setiap  sistem reproduksi dapat bervariasi dalam bentuk (misalnya gonad dan kelenjar aksesori), posisi (misalnya tambahan kelenjar aksesori), dan jumlah (misalnya tabung ovarium atau testis, atau organ penyimpanan sperma) antara kelompok serangga yang berbeda, dan kadang-kadang bahkan di antara spesies yang berbeda dalam genus (Gullan  and Cranston,  2005). Dalam praktikum ini akan dilihat struktur dari sistem reproduksi jantan dan betina pada belalang (Orthoptera: Acrididadae).


Gambar 1. Sistem reproduksi jantan pada belalang (Orthoptera: Acrididae): A. Testis; B. Ejaculatory duct
Gambar 2. Sistem reproduksi betina pada belalang (Orthoptera: Acrididae): A. Ovarium; B. Spermatecha; C. bursa copulatrix

Gambar 1 dan 2 memperlihatkan sistem reproduksi pada belalang: sistem reproduksi jantan (Gambar 1) dan sistem reproduksi betina (Gambar 2). Organ reproduksi yang terlihat jelas adalah testis (Gambar 1A), ejaculatory duct (Gambar 1B), ovarium (Gambar 2A), spermatecha yang tergabung bersama kelenjar atau organ aksesori lainnnya (Gambar 2b) dan bursa copulatrix (Gambar 2C).

Sistem Reproduksi Jantan


Gambar 3. Sistem Reproduksi  Jantan: A. testes; 
B.  follicles; C. vasa efferentia; D. seminal vesicles; 
E. vasa deferentia; F. ejaculatory duct; 
G. aedeagus; H. accessory glands (Sumber: Meyer, 2009)
Sistem reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis (Gambar 1A dan 3A) yang terletak di ujung belakang abdomen. Setiap testis mengandung unit-unit fungsional (folikel, Gambar 3B) dimana sperma dihasilkan. Sperma matang yang keluar dari testis melewati  saluran pendek (vas efferentia, Gambar 3C) dan mengumpul di ruang penyimpan (vesikula seminalis, Gambar 3D). Saluran yang sama (vas deferens, Gambar 3E) mengarah keluar dari vesikula seminalis, bergabung satu sama lain di sekitar pertengahan tubuh, dan membentuk saluran ejakulasi (ejaculatory duct, Gambar 1B dan 3F) tunggal yang mengarah keluar dari tubuh melalui organ kelamin jantan (aedeagus, Gambar 3G). 

Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesori (accessory glands, Gambar 3H) biasanya berhubungan dengan sistem reproduksi jantan, yaitu organ-organ sekretori yang terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran pendek - beberapa mungkin menempel dekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya  mungkin berhubungan dengan saluran ejakulasi.


 Sistem Reproduksi Betina


Gambar 4. Sistem Reproduksi Betina: 
A. ovaries; B. ovarioles; C. lateral oviducts; 
D. common oviduct; E. bursa copulatrix; 
F. accessory glands; G. spermatheca; 
H. spermathecal gland (Sumber: Meyer, 2009)
Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium (Gambar 2A dan 4A). Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit fungsional (ovariol, Gambar 4B) di mana telur dihasilkan. Satu ovarium dapat mengandung puluhan ovariol, umumnya sejajar satu sama lain. Telur matang meninggalkan ovarium melalui saluran telur lateral (lateral oviducts, Gambar 4C). Pada sekitar pertengahan tubuh, saluran telur lateral ini bergabung untuk membentuk common oviduct (Gambar 4D) yang membuka ke ruang alat kelamin yang disebut bursa copulatrix (Gambar 2C dan 4E). 

Kelenjar aksesori betina (accessory glands, Gambar 4F) memasok pelumas untuk sistem reproduksi dan mengeluarkan kulit telur kaya protein (chorion) yang mengelilingi seluruh telur. Kelenjar ini biasanya dihubungkan dengan saluran kecil ke saluran telur umum atau bursa copulatrix.

Selama kopulasi, jantan menyimpan spermatophore di bursa copulatrix. Kontraksi peristaltik menyebabkan spermatophore masuk ke dalam spermatheca (Gambar 2B dan 4G) betina, sebuah ruang kantong penyimpanan sperma. 
Kelenjar spermathecal (spermathecal gland, Gambar 4H) memproduksi enzim (untuk mencerna lapisan protein spermatophore) dan nutrisi (untuk mempertahankan sperma sementara berada di penyimpanan). Sperma dapat hidup di spermatheca selama berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun.


Referensi:
  • Achterberg, K., et al., 1991. The Insects of Australia. Division of Entomology CSIRO Australia. Melbourne University Press.
  • Gullan, D. J. and Cranston, P. S. 2005. The Insects: An Outline of Entomology Blackwell Publishing Ltd, UK.
  • Klowden MJ. 2007. Physiological Systems in Insects. Second Edition. Academic Press, Elsevier. Burlington, 01803, USA.
  • McGavin, G. C. 2001. Essential Entomology; An order by order introduction. Oxford University Press, New York.
  • Meyer, John R. 2009. General Entomology - Reproductive System. Department of Entomology NC State University. Last Updated:   8 April 2009. http://www.cals.ncsu.edu/course/ent425/library/tutorials/internal_anatomy/reproductive.html. Diakses pada 02 February 2011.
  • Triplehorn, C. A. and Johnson, N. F. 2005. Borror and DeLong’s Introduction to the Study of Insects (7th Ed). Brooks/Thomson Cole USA.


Yos F. da Lopes. Copyright © 2011.  Last updated 23 Maret 2011.
Jurusan MPLK – Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jalan Adisucipto Penfui P.O. Box 1152 Kupang 85001 Email: brench_copa76@yahoo.com


RESPIRATORY SISTEM PADA SERANGGA



Sistem respirasi pada serangga berlangsung tanpa paru-paru dan menggunakan semcam tabung internal yang disebut trachea dan kantung udara dimana oksigen (O2) berdifusi ke dalam jaringan tubuhnya dan melepaskan kabon dioksida (CO2) yang diproduksi sebagai produk limbah dari respirasi selular. Sistem respirasi serangga (dan arthropoda lainnya) terpisah dari sistem peredaran darah. Sistem ini berupa jaringan tabung yang kompleks (disebut sistem trakea) yang memberikan udara yang mengandung oksigen ke setiap sel tubuh. Sistem trachea  ini didukung oleh beberapa organ atau jaringan penting, yaitu spirakel, trachea, tracheolus, dan kantung udara (air sacs).


Gambar 1. Hasil Pengamatan Sistem Respirasi pada Belalang (Orthoptera: Acrididae): 1. spiracle; 2.  tracheal trunk; 3. tracheal tube; 4. air sacs; 5. otot dada


Gambar 1 memperlihatkan sebagian besar dari bagian-bagian penting  pada sistem respirasi serangga. Bagian-bagian tersebut terdiri dari spirakel, tracheal trunk, tracheal tube, dan kantung udara (air sacs). Katub (valve), rambut-rambut halus pada spirakel, dan tracheolus tidak jelas terlihat.

Sistem respirasi pada serangga dikenal dengan sistem trachea yang didukung oleh bagian-bagian, diantaranya adalah spiracle (Gambar 1.1), tracheal trunk (Gambar 1.2), tracheal tube (Gambar 1.3), dan air sacs (atau kantung udara, Gambar 1.4).


Gambar 2. Sistem Respirasi pada Serangga: 
I. Tampak samping; II. Tampak depan. 
(Warna merah adalah bagian dimaksud): 
A. spiracles; B. tracheal trunk; C. tracheal tubes; D. air sacs 
(Gambar diolah berdasarkan Meyer, 2009)
Udara masuk ke dalam tubuh serangga melalui lubang spirakel (Gambar 1.1 dan 2A) yang terdapat pada bagian lateral sepanjang toraks dan abdomen serangga. Aliran udara diatur oleh otot-otot kecil yang mengoperasikan satu atau dua katup (valve) yang terdapat pada setiap spirakel – mengerut (contracting) untuk menutup spirakel, atau mengendor (relaxing) untuk membukanya.

Setelah melewati spirakel, udara memasuki batang trakea (tracheal trunk, Gambar 1.2. dan 2B) secara longitudinal, dan menyebar ke seluruh kompleks percabangan jaringan tabung takrea (tracheal tube, Gambar 1.3 dan 2C) yang terbagi lagi ke dalam bagian yang lebih kecil hingga mencapai mencapai setiap bagian dari tubuh. Pada akhir setiap cabang trakea, terdapat tracheolus untuk pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara  dalam sel hidup. Oksigen dalam tabung trakea pertama larut dalam cairan tracheolus dan kemudian berdifusi ke dalam sitoplasma dari sel yang berdekatan. Pada saat yang sama, karbon dioksida, yang diproduksi sebagai produk limbah dari respirasi selular, berdifusi keluar dari sel dan, akhirnya, keluar dari tubuh melalui sistem trakea.

Tidak adanya taenidia pada bagian-bagian tertentu dari sistem trakea memungkinkan pembentukan kantung udara (air sacs, Gambar 1.4 dan 2D) yang kolapsibel, dengan struktur seperti balon yang dapat menyimpan cadangan udara. Pada lingkungan darat yang kering, suplai udara sementara ini memungkinkan serangga untuk menghemat air dengan menutup spirakel selama periode tekanan evaporasi tinggi. Serangga air mengkonsumsi udara yang disimpan ketika berada dalam air atau menggunakannya untuk mengatur daya apung. Selama molting, kantung udara terisi dan membesar selama pergantian exoskeleton lama dengan eksoskeleton baru. Di antara molting, kantung-kantung udara memberikan ruang bagi pertumbuhan baru - volume menyusut karena dimampatkan oleh perluasan organ internal.


Referensi:
  • Achterberg, K., et al., 1991. The Insects of Australia. Division of Entomology CSIRO Australia. Melbourne University Press.
  • Gullan, D. J. and Cranston, P. S. 2005. The Insects: An Outline of Entomology Blackwell Publishing Ltd, UK.
  • Klowden MJ. 2007. Physiological Systems in Insects. Second Edition. Academic Press, Elsevier. Burlington, 01803, USA.
  • McGavin, G. C. 2001. Essential Entomology; An order by order introduction. Oxford University Press, New York.
  • Meyer, John R. 2009. General Entomology - Respiratory System. Department of Entomology NC State University. Last Updated:   8 April 2009. http://www.cals.ncsu.edu/course/ent425/library/tutorials/internal_anatomy/respiratory.html. Diakses pada 02 February 2011.
  • Triplehorn, C. A. and Johnson, N. F. 2005. Borror and DeLong’s Introduction to the Study of Insects (7th Ed). Brooks/Thomson Cole USA. 

Yos F. da Lopes. Copyright © 2011.  Last updated 23 Maret 2011.
Jurusan MPLK – Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jalan Adisucipto Penfui P.O. Box 1152 Kupang 85001 Email: brench_copa76@yahoo.com